i”Adik bosan ya, diam aja di kereta dorong?”
“Hwa…hwa…hwa…,” si adik kecil menjawab dengan tangis. “Kakak dorongin
ya, keretanya. Satu…dua…tiga…asyiiiik!” hibur si kakak yang baru duduk
di TK.
Adegan yang manis, bukan? Masih kecil tapi kepeduliannya pada saudara
begitu besar. Tidak hanya adik, “Aku juga sayang kakak, sayang bunda,
sayang ayah, dan sayang mbak,” ujarnya. Kadang-kadang ia juga menyebut
nama satu-dua teman akrabnya kalau ditanya sayang siapa saja.
Rasa sayang mulai tumbuh ketika usianya masih batita. Lantas,
berkembanglah rasa sayang itu menjadi rasa peduli meski belum mantap
benar. Sifat baik ini terbangun bersamaan dengan pendidikan emosi,
moral, etika, tata krama, serta aturan-aturan dari orangtuanya.
Sederhana saja apa yang dilakukan mereka, yaitu memberi contoh yang
baik bagaimana merespons lingkungan secara tepat. Ayahnya selalu
bahu-membahu dengan sang ibu dalam merawat dirinya. Kalau si Mbak sakit,
ayah dan ibu memberinya hari cuti sambil memberi tahu, bahwa orang
sakit perlu istirahat. Ayah dan ibunya juga berbesar hati, tidak ikut
marah, jika adik membuatnya sebal. Contoh demi contoh yang direkamnya
ini, membuat anak tahu cara berinteraksi dan menempatkan diri. Ia tumbuh
dengan kecerdasan intra/interpersonal yang baik.
* PEDULI PADA DIRI SENDIRI
Peduli pada diri sendiri bukan berarti bersikap egois, melainkan anak
diajarkan peduli pada kebutuhan dirinya sendiri. Contoh, diajarkannya
menjaga kebersihan tubuhnya dengan cara mandi, menyikat gigi,
berpakaian, makan tiga kali sehari, dan seterusnya. Ini adalah wujud
kepedulian orangtua terhadap anak sehingga ia merasa dipedulikan dan
akhirnya ikut peduli pada dirinya sendiri dan orang lain.
Sewaktu-waktu, mungkin saja si anak mengingatkan adik atau kakaknya
untuk tak lupa menjaga kebersihan. ”Kok, mau tidur enggak sikat gigi?
Nanti giginya cepat rusak, lo.” Kepedulian anak akan terlihat dalam
interaksinya dengan orang lain. Dengan peduli pada diri sendiri, anak
jadi belajar bertanggung jawab pada diri sendiri.
* PEDULI PADA KAKAK/ADIK
Untuk menanamkan rasa peduli anak pada kakak atau adik, ada beberapa hal yang harus orangtua ajarkan, yaitu:
* Mengekspresikan rasa kasih sayang.
Mintalah anak untuk mencium adik dalam gendongan, mencium ayah dan ibu
sebelum berangkat sekolah atau sebelum tidur, dan memeluk kakak yang
hendak berangkat sekolah, memintanya kakak untuk menemani sang adik
bermain, memberi tahu ayah atau ibu jika adik menangis, tidak merepotkan
ayah dan ibu jika kakak atau adik sedang sakit, dan sebagainya.
* Selalu berbagi.
Ingatkan pula pada si prasekolah untuk selalu berbagi. Kalau punya
makanan dan adik atau kakaknya minta sedikit, minta si prasekolah untuk
membaginya. Mainan pun begitu, minta dia bergiliran memainkannya dengan
sang adik atau kakak.
* Biasakan berkata dan bersikap yang baik.
Gunakan selalu kata-kata “sakti”, maaf, tolong, dan terima kasih.
Sebelum si kecil dapat menggunakannya dengan tepat, orangtualah yang
harus lebih dulu mencotohkan dalam keseharian. Kata-kata tersebut
merupakan salah satu bentuk ekspresi saling menghargai dan menghormati.
Kepedulian anak pada adik maupun kakak, membuatnya belajar bagaimana
bersikap menyayangi, menghargai, dan menghormati orang lain. Tentu saja,
anak pun belajar membangun rasa empati. Pasti kebahagiaan akan meliputi
dirinya, sebab sikap baik terhadap adik/kakak membuahkan respons yang
menyenangkan dari mereka. Demikian pula sebaliknya.
* PEDULI PADA ORANGTUA
Sikap anak pada orangtua boleh jadi merupakan pantulan
sikap orang tua terhadap anak. Semakin peduli sikap kita, maka anak pun
tumbuh dengan kepedulian yang dicurahkan kembali kepada ayah-ibunya.
Mulailah dengan ekspresi sayang berupa pelukan, elusan, perkataan yang
lemah lembut, perhatian yang tulus, dan kesediaan untuk selalu membantu
anak menjadi mandiri. Ada yang bilang, peluklah anakmu 8 kali sehari.
Nasihat ini mungkin terdengar lucu, tapi maknanya sangatlah dalam. Siapa
yang tidak terharu kalau si kecil tahu-tahu bertanya, ”Bunda, sakit ya?
Kok diam aja?” Atau pakaian santai sang ayah di hari kerja dikomentari,
”Ayah enggak kerja ya hari ini?” Anak yang peduli pada orangtua akan
menunjukkan sikap menghargai, menghormati dan menyayangi ayah-ibu, serta
memiliki pribadi yang hangat karena ia merasa selalu diterima dalam
keluarga. Selain itu, anak pun akan membangun kedekatan dan komunikasi
yang lebih baik dengan orangtuanya di masa depan.
* PEDULI PADA TEMAN
Bentuk kepedulian terhadap saudara sebagian dapat
diterapkan untuk mengajarkan kepedulian terhadap teman. Yang terpenting
mengingat masih kentalnya sifat egosentris di usia prasekolah adalah
kesediaan untuk berbagi, bergantian, dan menunggu giliran. Kepedulian
juga meliputi tata krama dalam meminjam dan mengembalikan barang yang
dipinjam. Termasuk pula bagaimana menjaga perasaan teman dengan cara
bertutur kata sopan, tidak membentak, tidak mengejek, dan tidak memukul.
Pengertian dapat diberikan dengan mencontohkan, bagaimana kalau dirinya
yang dikasari. Biar anak yang menilai sendiri. Kepedulian terhadap
teman semakin subur jika orangtua juga menunjukkan hal yang sama.
Tanyakan apa yang disukai teman baiknya agar anak ikut peduli.
Pancinglah si prasekolah untuk bercerita bagaimana tingkah laku
temanteman di sekolahnya, hal ini juga menunjukkan kepedulian. Sisipkan
nilai-nilai kebaikan dengan meminta pendapatnya. Contoh, “Bagaimana
kalau ada temanmu di kelas yang menangis terus, apakah ibu guru capek?”
Meski apa yang orangtua jelaskan belum tentu 100% dijalankan oleh anak,
manfaatnya akan selalu ada. Anak yang diajarkan peduli terhadap teman
akan belajar bagaimana bersikap yang baik dalam berteman, menyayangi
teman, serta menghargai adanya hak-hak orang lain.
* PEDULI PADA SESAMA
Sikap peduli yang terbentuk di lingkungan rumah,
memudahkan anak untuk menaruh peduli pada lingkungan sosial yang lebih
luas. Namun, anak tetap perlu contoh bahwa kedua orangtuanya peduli pada
orang lain, bahkan orang yang tidak mereka kenal. Contoh kecilnya,
menyisihkan uang ke kotak amal, atau menerima/menolak dengan sopan para
peminta sedekah yang mampir ke rumah. Libatkan anak dengan mengajaknya
mengumpulkan pakaian bekas guna disumbangkan kepada anak pembantu di
rumah, korban bencana, atau panti asuhan. Jelaskan betapa senangnya jika
baju-baju bekas itu diterima orang yang membutuhkan. Anak yang punya
rasa peduli pada sesama akan menunjukkan pribadi yang hangat, murah
hati, mudah berempati, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi pada
lingkungan sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar