Kamis, 11 Desember 2014

Rokok elektrik 10 kali lebih bahaya dari rokok biasa

Di tengah derasnya seruan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kesehatan, maka para perokok pun mulai berpikir untuk berhenti merokok. Salah satu alternatif yang populer untuk dilakukan adalah dengan menggunakan rokok elektrik.

Salah satu jenis perangkat elektronik ini akan memanaskan semacam cairan dengan bermacam rasa sesuai dengan favorit Anda. Cairan ini tetap mengandung nikotin seperti rokok biasa namun mengeluarkan uap seperti asap rokok biasa. Sayangnya penelitian yang dilakukan di Jepang ini menemukan bahwa uap rokok ini mengandung zat karsinogenik atau zat penyebab kanker seperti formaldehyde dan acetaldehyde.

Formaldehyde sendiri merupakan zat kimia yang ditemukan di dalam bahan bangunan dan balsem cair. Zat ini bisa meningkatkan risiko Anda untuk terkena kanker 10 kali lipat lebih tinggi dari rokok biasa.

Dilansir dari straitstimes.com, badan kesehatan dunia atau WHO sendiri sebenarnya telah melarang penjualan rokok jenis ini secara bebas sebab dikhawatirkan mampu membahayakan kesehatan terutama jika asapnya dihirup oleh anak-anak. PBB pun melarang untuk mengonsumsi rokok ini di ruang tertutup publik agar uapnya tidak membahayakan.

12 Fakta Mengerikan Yang Jarang Diketahui Orang

1. Di Illinois pada tahun 2008, seorang wanita memiliki seekor anjing dachshund bernama Roscoe, anjing tersebut memakan jempol kakinya sementara dia tidur. Mrs Floyd, 56 tahun, terlambat bangun, karena kerusakan saraf akibat diabetes akhirnya dia meninggal di sebabkan kerusakan di jari-jari kakinya.

2. Kebanyakan anak-anak Amerika yang meninggalkan sekolah dasar, mereka telah melihat 200.000 tindak kekerasan dan 40.000 pembunuhan di televisi.

3. Penjahat yang umumnya dianggap tidak menarik secara fisik rata-rata menerima 50% lebih lama hukuman penjara untuk kejahatan mereka daripada penjahat yang terlihat baik.


4. Kutu kemaluan ditemukan terutama pada rambut kemaluan. Tapi mereka juga dapat ditemukan di dada dan paha dan, mungkin lebih menjijikkan, pada rambut wajah (termasuk bulu mata dan alis).


5. Mengkonsumsi kokain dapat menyebabkan gangren usus parah. Padahal, untungnya, kebanyakan orang tidak akan cukup bodoh untuk melakukannya.


6. Pada abad 1800-an di Negara Turki jika ada anak perempuan yang berbuat curang maka, dia akan diikat dalam karung dengan kucing dan dibuang ke laut.


7. Alkaptonuria adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana urineseseorang berubah warna kecoklatan dan akan menjadi hitam gelap saat terkena udara.


8. Pada tahun 2000-an, kurang lebih 29 anak albino telah dibunuh di Tanzania, dengan tujuan untuk memasok perdagangan bagian tubuh mereka untuk orang-orang yang berpikir hal itu akan membantu mereka mencapaikekayaan besar.


9. Rata-rata lebih dari 700 jenis bakteri yang berkembang di mulut manusia. Selain itu, air liur manusia menjaga keseimbangan asam mulut, karena jika tidak, mulut akan sangat asam dan dapat merusak gigi.


10. Selama tahun 1995 dan 1997 kelaparan yang melanda di Korea Utara, para petani yang kelaparan memakan tubuh manusia.


11. Ketika Anda buang air kecil, sejumlah kecil urin memasuki mulut Anda melalui kelenjar air liur. Tapi tidak apa-apa - urin segar lebih bersih daripada air liur.


12. Martin Luther,


reformator agama, konon makan satu sendok dari kotorannya sendiri setiap hari

Mimpi Indonesia Bebas Korupsi

"Indonesia Bebas Korupsi " Bisa jadi ini hanya mimpi Indonesia bebas korupsi, atau mungkin nanti entah kapan bisa jadi kenyataan setelah generasi korup habis. Enam puluh delapan tahun sejak Indonesia merdeka, selain terjadi banyak perubahan dan kemajuan, ada satu hal paling menonjol. Apa itu? Perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia disegala bidang yang semakin bergandeng erat dengan satu hal, yaitu korupsi. Korupsi bertebaran dimana-mana, bahkan carut marut korupsi membuat si buta dari gua hantu jadi melihat kembali. Atau mungkin Superman yang terbang akan terjatuh, karena udara Indonesia tercemar hawa korupsi. 
Korupsi tidak lagi menjadi bagian penyakit dari para pejabat, petinggi atau  politisi saja, tapi telah menyebar dan merasuki tatanan kehidupan masyarakat umum di Indonesia.  Bila hal itu terus dibiarkan menyebar dan menjangkiti seluruh bangsa ini, artinya Indonesia tinggal bersiap untuk tersungkur ke jurang hutang berkepanjangan di atas kekayaan alamnya yang   melimpah. Salah aturkah Indonesia? Hingga korupsi begitu bersahabat dan bahagia serta betah di indonesia. Apa jadinya generasi penerus bangsa, bila tidak ada cara dan jalan menghalau korupsi dari bumi pertiwi?  Disini, mau tidak mau atau suka tidak suka, kita harus   maju bersama, berpegang erat menghalau korupsi agar keluar dari Indonesia tercinta.
Saat ini memang banyak para pemerhati, pembicara dan pemberantas korupsi yang dipelopori oleh KPK. Namun, bila saya lihat kondisi nyata pemberantasan korupsi di Indonesia itu ibarat pertandingan sepak bola. Dimana para pemain adalah pelaku korupsi dan penonton adalah pemberantas korupsi. Strategi, kiat, atau taktik hanya tim masing-masing pemainlah yang tahu, sedangkan penonton hanya bisa melihat sepak terjang mereka. 
Pemberantasan korupsi yang didalamnya itu ada KPK, lembaga antikorupsi n on pemerintah atau sejenisnya saat ini tidak jauh berbeda dengan ilustrasi diatas. Seperti KPK hanya pada mengatasi, menanggulangi dan pemberantasan korupsi, sedangkan lembaga-lembaga antikorupsi, juga media massa  merupakan bagian dari mata KPK yaitu hanya sebatas mengawasi. Bagaimana dengan pencegahan? Bukankah pola kerja pemberantasan korupsi saat ini tak ubahnya bagai memetik daun teh atau menebang ranting pohon? 
Untuk mencegah tumbuhnya tunas baru tidak juga harus mencabut seluruh pohon, karena hal itu tidak mungkin terjadi. Begitupun dengan korupsi, tak mungkin rasanya diberlakukan cara seperti mencabut sebuah pohon, agar tidak tumbuh pelaku korupsi lainnya. Alasannya terlalu banyak dan meratanya pohon korupsi, sehingga sulit memilih pohon mana yang akan ditebang dan dihabisi. Secara samar ataupun jelas, kelihatannya pohon korupsi dibiarkan tumbuh dan berkembang serta dilindungi. Cobalah simak pada tulisan saya sebelumnya diartikel Angie koruptor yang di maafkan.
Mencabut pohon hanya berlaku pada kejahatan biasa, bukan pada kejahatan korupsi. Kejahatan korupsi itu termasuk kejahatan luar biasa, sehingga cara dan perlakuannya pun harus luar biasa. Jujur, siapapun akan berkata iya, jika pelaku korupsi itu selalu berjamaah atau berkelompok seperti tim sepak bola. Ada penggagas, pelaksana dan ada juga yang diajak untuk tutup telinga atau tutup mata ketika mengetahui sedang terjadi korupsi. Hebat dan canggih pola korupsi dari hari ke hari, sepertinya mereka (korupsi) tidak mau ketinggalan dengan kemajuan jaman di era globalisasi.
Sebagai generasi anti korupsi, tentu tidak begitu saja menyerah melihat kenyataan dari kehebatan dan kecanggihan pola korupsi dewasa ini di Indonesia. Optimisme terhalaunya korupsi dari muka bumi pertiwi harus terbangun, meski diawali oleh mimpi dan hayalan. Ada keyakinan dalam mimpi saya, Indonesia Bebas dari Korupsi.  Menurut saya ada 3 hal (mimpi) yang harus dilakukan dan diterapkan di Indonesia, yaitu: perlu keberanian, keseriusan, dan ketegasan; Penerapan Pendidikan Antikorupsi dan Peran Serta Media Dalam Publikasi dan Promosi Antikorupsi. Ketiga hal ini sanggup menjadi mata pedang yang sangat tajam dan menakutkan untuk menghalau korupsi agar pergi jauh dari bumi Indonesia, tentunya pada masa tertentu dan tidak instant seperti mie instant. Ketiga hal  dari mimpi itu adalah sebagai berikut dibawah ini:
Perlu Keberanian, Keseriusan dan Ketegasan 
Maksud dari kalimat diatas adalah  keberanian para pemimpin bangsa Indonesia untuk mengambil tindakan spektakuler dalam pemberantasan korupsi. Pada kenyataannya, selama ini belum pernah ada tindakan berani dari para pemimpin bangsa ini dalam pemberantasan korupsi, apalagi dikatakan spektakuler. Tak pernah ada ide kreatif yang muncul, meskipun telah membuat wadah pemberantasan korupsi KPK dan gembar-gembor slogan antikorupsi. Akhirnya itu tadi, korupsi tak pernah kunjung padam dan lari dari Indonesia. Pernahkah kita mendengar  ada ajuan “Undang-Undang Hukuman Mati bagi Pelaku Tindak Korupsi” yang diajukan dan disetujui para pemimpin bangsa ini? Tidak pernah terjadi, meskipun itu dari lembaga eksekutif ataupun legislatif! Pernah ada, itu pun hanya segelintir para legislator yang perduli, lalu kemudian tenggelam dan kalah dalam perdebatan. Seribu alasan mucul, terutama adalah alasan bertameng HAM. Para pemimpin memikirkan hak asasi manusia, tapi mereka para pelaku korupsi tidak pernah memikirkan hak asasi orang banyak ketika melakukan korupsi. Disinilah letaknya, bila ada keberanian dari para pemimpin dipastikan hukuman penjera dan menakutkan bagi para pelaku korupsi akan ada di Indonesia. Harusnya tidak perlu lagi berpikir tentang HAM bagi para Koruptor, tidak perlu takut hujatan Negara lain tentang masalah pelanggaran HAM. Negara lain tidak berhak mengurusi dapur dan isi perut wilayah Indonesia, karena Indonesia adalah Negara Merdeka dan berdaulat. 
Contohlah  China yang mampu memberantas korupsi. Zhu Rongji Perdana Menteri China (1998-2003) berhasil memberantas tuntas korupsi di negeri China dengan pelaksanaan dari fatwanya yang terkenal di seluruh dunia, ”Untuk lenyapkan korupsi, saya telah siapkan 100 Peti Mati, 99 untuk para koruptor dan satu untuk saya, jika berbuat hal yang sama.”  Kemudian hasilnya, China menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia yang diakui dan disegani oleh negara negara Barat, bahkan  Amerika Serikat yang katanya merupakan satu-satunya Negara Adidaya pun meminta bantuan keuangan dari China untuk mengatasi utang Negara yang melilit Pemerintahan Washington saat ini. (antikorupsi.org)
Keseriusan bisa dilihat dari perhatian para pemimpin bangsa ini pada aktivitas pemberantasan korupsi. Saat ini, bila dibilang serius mungkin nilainya hanya sekitar 30 pada rentang nilai 10. Kenapa begitu? Pemberantasan korupsi dibiarkan jalan sendiri ditengah-tengah hegemoni kekuasaan negara ini. Dimana ternyata para pelaku atau aktor korupsi dilakukan oleh mereka-mereka juga yang duduk di bangku terhormat, entah itu eksekutif ataupun legislatif. Saya berharap ditahun mendatang ada atau banyak muncul para pemimpin bangsa yang benar-benar serius dan perduli dengan permasalahan korupsi yang semakin luar biasa di Indonesia. Pada akhirnya dengan keseriusan para pemimpin bangsa ini,  maka pelaku pemberantasan korupsi dapat melakukan pemberantasan korupsi dengan nyaman dan aman. Keseriusan bisa saja berupa dukungan moril ataupun materil, tanpa indimidasi atau pesan politik gelap dalam perjalanan pemberantasan korupsi di Indonesia. 
Melihat Situasi korupsi di Indonesia saat ini, seharusnya para pemegang kebijakan (eksekutif atau legislatif pusat) segera melaksanakan UUD 45 pada pasal 12 yang berisi:  “Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dalam keadaan bahaya (baca mengenai hal ini selengkapnya disini)  Pada isi pasal tersebut sangat jelas sekali menerangkan tentang hal yang seharusnya dilakukan oleh pemimpin bangsa ini, bila memang benar-benar menganggap korupsi itu adalah hal terlarang dan telah menjadi luar biasa di Indonesia.  Jadi seharusnya Presiden mengeluarkan peraturan pemerintah, misalkan mengenai “Hukuman Mati Bagi Para Pelaku Korupsi” dan kemudian DPR-RI segera menyetujuinya, karena hal tersebut dipandang sebagai penting! Tak perlu mendengar sindiran Negara lain tentang HAM dan lain sebagainya. Disinilah letak keberanian, keseriusan dan ketegasan dari pemimpin bangsa yang benar-benar perduli pada kemajuan bangsanya.
Penerapan Pendidikan Antikorupsi 
Tidak cukup hanya dengan peran pemimpin yang berani, serius dan tegas saja. Kita perlu mempersiapkan tunas muda yang beridealisme antikorupsi. Ya, pendidikan merupakan sektor penting dalam menelurkan generasi-generasi baru, hal ini menjadi sorotan utama dalam upaya memberantas korupsi.  Pendidikan antikorupsi merupakan kunci dari pertumbuhan dan perkembangan korupsi di Indonesia. Kita memerlukan sebuah pendidikan yang tak semata mengasah kemampuan menghapal, namun lebih kepada bagaimana melihat secara kritis dan memahami kehidupan keseharian. Pendidikan antikorupsi ini juga tentunya bukanlah pendidikan yang berorientasi pada nilai (raport) namun lebih berpacu dalam prosesnya. 
Lembaga-lembaga itu (KPK, ICW, dan Transparansi Indonesia misalnya) sudah berupaya keras menerapkan pendidikan antikorupsi, namun dalam pelaksanaan pendidikan itu tidak sistemik, tidak berpola, tidak berkelanjutan, tidak konsisten, kebanyakan hanya pada momentum atau event tertentu, semisal hari antikorupsi sedunia, ulang tahun KPK, dan sebagainya. Itu pun jika ada event antikorupsi dan bukan inisitif pemerintah, paling hanya lembaga non-pemerintah didukung oleh KPK. 
Maka bagaimana bisa pendidikan antikorupsi yang seperti ini mampu mengatasi korupsi yang justru sistemik, terencana, dan berpola, dalam jangka panjang pemberantasan korupsi di Indonesia. 
Saya berpendapat bahwa jika kita mempersiapkan sistem pendidikan antikorupsi dengan pola dan sistem yang terstruktur, dipastikan Indonesia memiliki bibit pemimpin bersih dan sangat memahami dampak  buruk korupsi. Maksudnya, pemerintah menerapkan mata pelajarajn  antikorupsi wajib bagi pelajar di Indonesia. Tentunya pemerintah dan media bersinergi mempersiapkan segala keperluan dari penambahan kurikulum tegas antikorupsi ini misalnya, mengeluarkan buku pelajaran antikorupsi yang dijadikan sebagai buku wajib mata pelajaran wajib mulai dari pendidikan dasar hingga menegah atas.
Hal ini bertujuan untuk membentuk karakter dan idealisme antikorupsi dari proses pembelajaran yang panjang. Seperti contoh Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang digunakan dalam kurikulum  pendidikan beberapa tahun silam, mampu membentuk manusia Indonesia yang secara mendasar berideologi Pancasila. Kemudian kenapa  tidak diberlakukan sistem yang seperti ini dalam praktek pendidikan antikorupsi. Jika sistem ini dijalankan, tidak menutup kemungkinan buah keberhasilan pendidikan antikorupsi ini menelurkan jiwa antikorupsi yang mengkristal dan membudaya pada generasi muda Indonesia mendatang. 
Peran Serta Media Dalam Publikasi dan Promosi Antikorupsi
Aktifitas masyarakat Indonesia selalu bersinggungan dengan media. Dengan begitu media juga memiliki peranan sangat penting dalam membentuk budaya antikorupsi dalam masyarakat. Begitu berpengaruhnya media hingga anak-anak kecil mampu menyanyikan jinggel iklan indomie (indomie seleraa ku..) dan berbagai jingle iklan lainnya. Kenapa tidak memanfaatkan peluang ini untuk menyusupkan iklan-iklan antikorupsi? Saya yakin dengan cara ini, akan meningkatkan popularitas antikorupsi.
Media sebaiknya juga berperan aktif memberi peringatan kepada masyarakat umum tentang konsekuensi bila menjadi koruptor. Bila dalam satu hari media menampilkan berita mengenai antikorupsi, update tentang kupasan berita koruptor yang tertengkap, maka masyarakat akan terbiasa dengan pengondisian antikorupsi di negara ini.
Publikasi penghargaan antikorupsi juga penting dilakukan, misalnya dengan memberi penghargaan bagi kantor yang tidak ada praktek korupsi didalamnya. Penghargaan itu bisa dengan menempelkan slogan “KANTOR INI, BEBAS KORUPSI”, atau bisa juda“ANDA SEDANG BERADA DI KAWASAN BEBAS KORUPSI” di pintu masuk kantor, di atas meja kerja. Kemudian juga pada tempat-tempat umum, seperti rambu lalu lintas.. Bayangkan bagaimana dampak psikologis hanya melalui kalimat-kalimat tersebut.

Bahaya Korupsi di Indonesia

Zaman sekarang masalah Korupsi sangat menresahkan dunia banyak negara yang membentuk badan-badan tertentu untuk mengatasi korupsi. Di indonesia tepatnya banyak di usahakan untuk mengatasi korupsi dari menaikan gaji kariawan negara (PNS) di bidang perpajakan ,bahkan sampai membentuk suatu intansi khusus yang menangani korupsi seperti KPK, karna sekarang pihak kepolisian bisa dengan mudah di suap oleh pelaku korupsi dan hukuman bagi koruptor sangat rendah dan hukumanya lebih ringan dari seseorang yang mencuri ayam, bandingkan saja jika pencuri ayam yang mencuri ayam dengan nilai ayam Rp.100.000 di hukum penjara 15 tahun, sedangkan koruptor yang mencuri uang negara sebesar Rp.100.000.000 hanya di hukum 5 sampai 8 tahun apakah tidak miris mendengarnya jika kelas teri di hukum berat dan klas kakap yang membunuh negara dengan korupsi di biarkan dengan hukuman yang sangat ringan
.
sesunguhnya korupsi bisa menimpa semua orang tanpa terkecuali tergantung tingkat kesadaran dan iman dan takwa kepada tuhan yang maha esia. seseorang melakukan korupsi di pengaruhi banyak hal termasuk ploa hidup dan sikap tangung jawap terhadap amanah yang di pegangnya dan kebutuhan hidup yang sangat mewah sehinga memperlukan banyak uang.
Banyak yang tak menyadari bahaya korupsi bagi kelangsungan masa depan bangsa dan negara, karna banya sekarang generasi muda di sekolah-sekolah jarang mengingat dan mengetahui sejarah bangsa nya sendiri dan mereka seakan-akan tidak peduli dengan negara yang telah di perjuangakan oleh nenek moyang nya dulu dan anak muda sekarang lebih mementingkan kepentingan-kepentingan yang salah daripada mementingkan kemanakah negara ini akan di bawa nantinya.

seharusnya pemerintah sesuai dengan janjinya pada waktu berkampaye untuk menghukum seberat-beratnya koruptor dan tidak pandang bulu dari mana koruptor itu berasal dan dari partai mana di bernaung. dan seharusnya pemerintah memilih pejabat negara dari kemampuanya bukan dari faktor kedekatan semata dengan yang bersangkutan sehinga orang yang pantas duduk di jabatn itu mendudukinya dan yang tik pantas mendudukinya belajar agar pantas menduduki jabatan yang dia ingin kan. banyak masarakat yang mempunyai kemampuan dan keimanan tidak bisa menjadi pejabat karna mereka kalah dengan orang yang dekat dengan orang yang memiliki jabatan di pemerintahan.

seharusnya korupsi di hukum mati sehinga para koruptor yang lain berpikir dua kali untuk melakukan korupsi.

Kenapa Korupsi Tumbuh Subur di Indonesia ???

Pertanyaan besar yang patut kita ajukan berkaitan dengan masalah korupsi di Indonesia ialah mengapa korupsi tumbuh subur di Inedonesia?. Tak dapat dipungkiri lagi dan semua orang tahu kalau praktik korupsi sudah terjadi dan terwariskan dari generasi ke generasi, bahkan mungkin tak sedikit pula orang yang pura-pura tidak tahu akan hal ini. Ya, itulah korupsi di Indonesia. Praktik korupsi agaknya merupakan sebuah kebiasaan yang telah membudaya dan ada pada setiap lapisan birokrasi di Indonesia.

Dalam ranah akademis, ketika bkita berbicara mengenai sebuah fenomena sosial yang terjadi dalam sebuah masyarakat, sering kita dituntut untuk memakai sebuah kacamata yang dalam hal ini sering disebut bingkai atau prespektif tertentu. Artinya segala sesuatu yang ingin kita jelasakan harus mempunyai dasar pemikiran dan pandangan dengan berbagai variasi dari bagaimana kita ingin menjelaskan fenomena tersebut.

Secara historis, praktik korupsi merupakan sebuah kebiasaan yang membudaya mulai dari tiga tahap atau fase mayor yang ada pada sejarah bangsa ini. Dalam hal ini, kemudian saya sebut sebagai tiga tahap dalam fase praktik korupsi yang ada di Indonesia. Yaitu fase pertama pada zaman kerajaan kuno, fase kedua pada zaman penjajahan, dan fase yang ketiga pada zaman moderen atau zaman yang sering kita sebut semagai zaman yang global.

Fase pertama, Pada zaman kerajaan-kerajaan kuno. Berbicara mengenai korupsi, tntu tidak dapat terelakkan dari priktek-priktek yang bisa dikatakan satu paket dengan praktik korupsi itu sendiri. Yang saya maksud disini ialah ketika kita berbicara mengenai korupsi, tentu kita juga akan sedikit menyinggung kolusi dan nepotisme. Ya, ketiga hal ini sering dan bahkan tak jarang bermunculan dalam kasus yang bersamaan. Praktik KKN yang ada dalam fase kerajaan kuno di Indonesia agaknya menjadi sebuah praktik kekerasan terhapdap masyarakat yang dilegalkan. Bagaimana tidak?, dalam aspek penentuak pemegang kekuasaan selalu diperuntukkan hanya untuk kerabat-kerabat dekat dari birokrasi itu sendiri. Akibatnya, status dalam birokrasi yang ada menjadi sangat sakral dan banyak orang yang dengan mati-matian ingin merebut dan menduduki kursi birokrasi dalam hal ini status sakral tersebut. Alhasil, banyak dari kerajaan-kerajaan yang pecah karena praktik KKN yang memang tidak bisa dibenarkan tersebut. Kerajaan Singosari dengan perang saudaranya yang dimulai dari Prabu Anusopati, Prabu Ranggawuni, hingga Prabu Mahesa Wongateleng dan seterusnya yang kemudian menjadi dendam kesumat yang diturunkan secara turun temurun. Kerajaan Majapahit dengan Perang Paregregnya, serta banyak konflik-konflik lain yang yang mungkin luput rasi saksi buku sejarah yang tebal di perpustakaan. Hal ini memberikan gambaran bahwa kekuasaan dan kejayaan yang ada melalui proses KKN yang dilegitimasikan membuat banyak pihak tergiur dengan kenikmatan yang ditawarkannya. Timbullah konflik dan perpecahan.

Fase kedua, Pada zaman kolonial atau penjajahan. Pada zaman ini, istilah korupsi, kolusi, dan neoptisme mulai dikenal dan masuk kedalam sistem sosial politik yang ada dalam bangsa Indonesia. Dan ironinya, hal tersebutlah yang membuat penjajah dengan mudahnya masuk dan mulai menjajah bangsa ini. Budaya korupsi telah dibangun oleh para penjajah terutama belanda dengan periode penjajahan yang paling lama yaitu sekitar 350 tahun lamanya. Ya, waktu yang cukup panjang untuk membina dan menciptakan generasi-generasi korup dalam birokrasi di Indonesia. Cerdasnya, generasi-generasi itu muncul bukan dengan ketidak sengajaah atau tanpa perkiraan belaka, tapi generasi itu memang sengaja dibuat untuk mempertahankan status quo Belanda yang ingin terus mempertahankan kekuasaannya atas Indonesia. Ibarat anjing peliharaan, penjajah kemudian memelihara banyak anjing yang dijadikan sebagai boneka untuk menindas banyak orang tanpa harus sengaja mengotori tangan sendiri tentu dengan tujuan untuk kepentingan pribadi mereka (Belanda).

Fase ketiga, Korupsi pada zaman modern. Inilah zaman yang saat ini kita pijak, dimana praktik korupsi sudah mendarah daging dalam diri tiap individu yang tergabung dalam satuan birokrasi. Kita sadari bahwa sesungguhnya praktik-praktik yang ada memang tak bisa terlekkan. Lihainya kemampuan para koruptor di zaman ini untuk berlindung dibalik payung hukum, serta kelemahan dan keterbatasan hukum itu sendiri untuk mengikat dan menindak berbagai jenis kejahatan dan praktik KKN yang ada di Indonesia. Terlepas dari itu semua, hal yang paling mempengaruhi keadaan atau buruknya kondisi dan praktik korupsi yang terjadi di Indonesia pada zaman modern ini adalah akibat dari memori sejarah dan warisan masa lalu yang ditinggalkan dari generasi ke generasi.

Masalah dalam zaman modern ini ialah ketika penanganan korupsi yang ada oleh pemerintah justru seolah-olah merupakan sebuah permainan dan sandiwara belaka. Pemerintah dianggap tidak tegas dan tidak serius untuk menangani masalah korupsi tersebut. Bagaimana tidak tegas dan tidak bermain-main, pada kenyataannya dugaan besar terhadap permainan korupsi itu sendiri ialah berada di puncak birokrasi. Pantas saja kasus-kasus tidak korupsi yang di ekspose di media-media massa hanyalah kasus sebatas korupsi kelas kakap yang kemudian saya sebut demikian. Akibatnya, pandangan publik tentang penegakan hukum di Indonesia berkaitan dengan perkara diatas di ibaratkan sebagai bilah pisau. Tumpul di atas dan tajam dibawah. Kemudian benar adanya ketika saya katakana bahwa “hukum seolah-olah hanya mempan untuk kaum melarat”, hukum yang ada di Indonesia kerap mencari dan menuntut sebuah kepastian, bukan keadilan yang merupakan esensi dari hukum itu sendiri. Masih ingat dengan kasus nenek-nenek yang divonis beberapa bulan karena mencuri beberapa buah kokoa?, menurut saya itu merupakan suatu fenomena yang memang dapat dibenarkan kalau fenomena tersebut memang dapat dikategorikan dan dimasukkan dalam rahan hukum, tapi terlalu tidak etis karena kita sadari bahwa apa sih artinya masalah sepele kalau bisa kita selesaikan dengan cara kekeluargaan. Toh penyelesaian konflik bukan hanya bisa didapat lewat pengadilan. Bermodal toleransi dan empati saja mungkin sudah bisa menyelesaikan konflik sepele dan sungguh tidak penting untuk diangkat ke ranah hukum.

Kemudian ketika kita berbicara tentang masalah korupsi dalam pandangan atau prespektif seorang sosiolog, dalam sosiologi kita mengenal teori penyimpangan beserta berbagai asumsi yang ada didalamnya. Seorang sosiolog kadang akan melihat fenomena korupsi sebagai sebuah penyimpangan. Dimana ada akan aka saya sebutkan salah satu asumsi kenapa seseorang cenderung berperilaku menyimpang yang akan saya kaitkan dengan fenomena korupsi yang sedang kita bahas. “seorang cenderung melakukan hal yang menyimpang ketika seseorang merasa bahwa perbuatan menyimpang itu lebih menguntungkan”, itu adalah sebuah pernyataan yang tak bisa dipungkiri lagi. Meskipun banyak dari kita mencoba untuk bermunafik ria atau menutup-nutupi bahwasanya benar adanya menyimpang adalah lebih menguntungkan daripada berbuat kebajikan yang merepotkan. Ya, mendapatkan uang dengan cara yang instan memang kerap menjadi sebuah iming-iming yang besar apalagi bagi mereka yang mempunyai status sosial yang tinggi dan sudah mempunyai kekuasaan yang besar yang dengan otomatis akan mengendorkan pengawasan sosial terhadap orang yang bersangkutan karena kemistri atau otoritas yang melekat dalam diri orang itu sendiri.

Itulah beberapa hal menarik yang harus kita amati. Saya hanya memberikan beberapa prespektif dari banyak prespektif yang bisa kita gunakan untuk menjelaskan mengapa korupsi tumbuh subur di Indonesia, bagaimana korupsi bisa tumbuh subur di Indonesia, bagaimana kemudian praktik KKN selalu berjalan dengan mulus dan tikus kecil pun dikorbankan untuk kepentingan tikus yang lebih besar. Banyak sekali nyanyian yang menyindir masalah korupsi, itu merupakan sebuah apresiasi masyarakat terhadap setiap fenomena konyol yang terjadi di Indonesia ini.

lemahnya kekuatan hukum untuk mengikat dan memberikan dampak jera bagi para pelakunya adalah salah satu faktor yang kerap kali menjadi backing dalam praktik KKN di Indonesia. Kita lihat saja kasus Nazaruddin yang baru-baru ini terjadi. Seberapa besar kerugian yang ditimbulkan dengan tuntutan dan vonis yang dijatuhkan tidak menunjukkan hubungan yang sinergis. Itu merupakan sebuah kebobrokan dan gambaran bahwa pemerintah kesannya hanya main-main belaka. Kalau memang mau memberantas korupsi, berantaslah dengan serius. Perlakukan hukuman yang memang benar-benar akan membuat mereka yang bermain di tribun paling atas merasa merinding dan turun dari permainan yang sedang dimainkannya.

Korupsi Tumbuh Subur Akibat Budaya Senang Menerima

Wakil Ketua KPK, Busyro Muqoddas mengatakan saat ini kondisi demokrasi di Indonesia semakin mengkhawatirkan.

Orang yang sukses dalam kancah politik kebanyakan ditentukan kekayaan secara finansial, memiliki darah biru, dan menjadi episentrum politik tertentu. Sementara masyarakat memiliki budaya menerima. Padahal dalam agama Islam diajarkan budaya memberi.
Busyro menuturkan budaya menerima ini mendorong politisi untuk korupsi karena masyarakat suka diberi. Siapa yang modalnya besar akan menang. “Tokoh lokal akan menjadi tokoh nasional karena dipopulerkan melalui TV,” ujarnya.

Sementara politisi yang tidak punya modal, kata Busyro, akan kalah dalam pemilihan. Ini diperparah dengan tidak adanya pendidikan politik yang cerdas dan transformasif. Secara umum buruk, sistem politik yang buruk ini menimbulkan banyak korban money politik dan demoralisasi.

Masyarakat, terang Busyro, akan memilih caleg yang amplopnya paling tebal. Masyarakat juga tidak bisa melakukan self advokasi jika money politic itu buruk. Maka LSM seperti ICW memang dibutuhkan untuk mengingatkan masyarakat.

Situasi masyarakat yang suka menerima seperti ini, kata Busyro, bagi parpol yang pragmatis tentu saja menguntungkan. Sebab mereka bisa membeli suara masyarakat dengan mudah. “Masyarakat yang bersifat kritis tentu malah tidak menguntungkan bagi parpol semacam ini,” katanya.

Jika politik transaksional terus terjadi, terang Busyro, maka anggota DPR yang masuk penjara akan semakin banyak lagi. “Saat ini saja, mayoritas politikus yang terjerat KPK adalah anggota DPR, kebanyakan kasusnya travel check,” terangnya.

Demokrasi di Indonesia, ujar Busyro, sudah tidak berbasis kedautan rakyat. Tetapi sudah menjadi leptokrasi di mana pejabat negara mencuri melalui jabatannya dari sumber APBN, APBD, maupun SDA.

Makanya, terang Busyro, parpol harus terus melakukan pengawasan terhadap integritas caleg, melakukan pendataan dan pengumpulan informasi perilaku caleg. Parpol harus membangun sistem pengawasan internal parpol dan  mengimplementasikan sistem integritas pada parpol.

Parpol, kata Busyro, harus membangun sistem reward and punismenh. Bagi anggota DPR yang bersih dari korupsi harus diberi penghargaan, begitu pula sebaliknya.

5 Manfaat Membaca Al Quran

Berikut manfaat membaca  Al Quran :

1. Mendapatkan pahala Sabda Nabi Muhammad saw: “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi) Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang membaca satu huruf kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi). “Perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia hafal dengannya bersama para malaikat yang suci dan mulia, sedang perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia senantiasa melakukannya meskipun hal itu sulit baginya maka baginya dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih)

2. Memberikan kehormatan bagi kedua orangtua “Siapa saja membaca al-Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat mahkota dari cahaya dan sinarnya bagaikan sinar matahari, dan dikenakan pada kedua orang tuanya dua perhiasan yang nilainya tidak tertandingi oleh dunia. Keduanya pun bertanya, ‘bagaimana dipakaikan kepda kami semuanya itu?’ Dijawab, ‘karena anakmu telah membawa al-Qur’an”. (HR. Al-Hakim) Nabi Muhammad saw bersabda maksudnya: “Siapa yang membaca Al-Qur’an dan beramal dengan isi kandungannya, dianugerahkan kedua ibu bapaknya mahkota di hari kiamat. Cahayanya (mahkota) lebih baik dari cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Kalaulah demikian itu matahari berada di rumahmu (dipenuhi dengan sinarnya), maka apa sangkaan kamu terhadap yang beramal dengan ini (al-Qur’an).” (HR. Abu Daud).

3. Mendapatkan syafaat di hari kiamat “Bacalah al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada para ahlinya.” (HR. Muslim) “Puasa dan Al-Qur’an keduanya akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim) Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang medengar satu ayat daripada Kitab Allah Ta’ala (al-Qur’an) ditulis baginya satu kebaikan yang berlipat ganda. Siapa yang membacanya pula, baginya cahayanya di hari kiamat.”

4. Mendapatkan ketenangan “Tidak berkumpul sauatu kaum di salah satu rumah Allah SWT, sedang mereka membaca kitab-Nya dan mengkajinya, melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan, dicurahi rahmat, diliputi para malaikat, dan disanjungi oleh Allah di hadapan para makhluk dan di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawud). “… dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS.13:28).

 5. Membuat tubuh lebih sehat “Hendaknya kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Al-Qur’an” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud).

Rahasia Kekuatan Sholat Dhuha

Tahukah Anda kekuatan dari Rahasia Sholat Dhuha? Ya, fadhilahnya. Jika Anda belum tahu, maka wajib menyimak informasi berikut ini. 
“Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang yang menampakkannya, demi malam apabila menutupinya, demi langit serta membinanya, demi bumi serta penghamparannya, demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Dia mengilhamkan kepadanya kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”(QS. As-Syams:1-10).
Ali bin Abi Thalib ra, berkata,”Rasulullah saw, shalat dhuha pada saat (ketinggian) matahari di sebelah timur sama dengan ketinggiannya pada waktu shalat Ashar di sebelah barat”.
Shalat dhuha dilakukan untuk meneguhkan langkah dan perwujudan dari doa-doa saat shalat tahajud di tengah malam, ditengah aktifitas yang kita jalankan. Shalat dhuha untuk menemani kita saat kelelahan bekerja di terik siang, sebelum shalat dhuhur dilakukan. Shalat dhuha dilakukan merupakan ucapan syukur dari siang yang telah dilakukan dan aktivitas yang tengah dilakukan.
Nama lain shalat dhuha adalah shalat awwabin orang-orang arab menyebutnya sebagai shalat memohon taubat, shalat isyraq adalah shalat saat terbit matahari pengertiannya merujuk pada permulaan masuknya waktu shalat dhuhur.
Nabi Muhammad saw bersabda,”Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab al dhuha (pintu dhuha) dan pada hari kiamat nanti ada  yang memanggil,’dimana orang yang senantiasa mengerjakan shalat dhuha?’inilah pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang (rahmat) Allah”. 

Keutamaan Sholat Dhuha

Keutamaan shalat dhuha, orang yang melakukan dua rakaat tercatat sebagai orang yang tidak lalai, orang yang melakukan empat rakaat sebagai ahli ibadah dan gemar melakukan hal-hal kebaikan, orang yang melakukan enam rakaat akan terjaga dari perbuatan dosa sepanjang hari itu, orang yang melakukan delapan rakaat tercatat sebagai orang-orang taat dan sukses, orang yang melakukan dua belas rakaat akan dibuatkan rumah indah didalam surga.

Keutamaan Shalat Dhuha

Shalat Dhuha itu memiliki keutamaan dan faedah yang sangat agung. Orang yang mengerjakan shalat Dhuha selalu berada dalam penjagaan dan perlindungan dari Allah f sepanjang hari; dosa-dosanya dihapuskan; terjaga dari perbuatan-perbuatan buruk; dimasukkan ke dalam golongan muhsinîn (orang-orang berbuat ihsan), ahli ibadah dan menjadi golongan yang beruntung; dibangunkan rumah di dalam surga; memperoleh pahala seperti pahala menunaikan haji dan umrah; serta sepadan dengan sedekah 360 kali. Pahadal sedekah ini menjadi kewajiban setiap ruas tubuh manusia setiap harinya.

Adapun hadits-hadits yang berbicara mengenai keutamaan shalat Dhuha, di antaranya adalah sebagai berikut:
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى .
“Diriwayatkan dari Abu Dzar a dari Nabi n bahwa Beliau bersabda, ‘Setiap ruas tubuh masing-masing dari kalian setiap harinya memiliki kewajiban untuk bersedekah. Setiap tasbih (memahasucikan Allah) adalah sedekah; setiap tahmid (memuji Allah) adalah sedekah; setiap tahlil (membaca lâ ilaha illallâh) adalah sedekah; setiap takbir (memahabesarkan Allah) adalah sedekah; memerintahkan kemakrufan adalah sedekah dan mencegah kemunkaran adalah sedekah. Namun itu semua dapat diganti dengan dua rakaat yang dikerjakan oleh seseorang dari waktu dhuha (mengerjakan shalat Dhuha)’.” (HR. Muslim)
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : فِي الْإِنْسَانِ سِتُّوْنَ وَثَلَاثُ مِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً . قَالُوْا : فَمَنْ الَّذِيْ يُطِيْقُ ذَلِكَ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ ؟ قَالَ : النُّخَاعَةُ فِي الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوْ الشَّيْءُ تُنَحِّيْهِ عَنِ الطَّرِيْقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ .

“Diriwayatkan dari Buraidah a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah n bersabda, ‘Pada diri manusia terdapat tiga ratus enam puluh tiga ruas. Ia memiliki kewajiban bersedekah atas setiap ruas tersebut.’ Para sahabat bertanya, ‘Siapakah yang mampu melakukan hal itu, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Ludah di dalam masjid yang ia timbun (dibersihkan) atau sesuatu (penghalang) yang ia singkirkan dari jalanan (bisa mewakili kewajiban sedekah). Jika engkau belum mampu, dua rakaat shalat Dhuha sudah memadai untuk mewakili kewajibanmu bersedekah’.”
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : أَوْصَانِيْ خَلِيْلِيْ بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوْتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ .

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwa ia berkata, ‘Kekasihku (Rasulullah) memberikan pesan (wasiat) kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal nanti. Yaitu puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan tidur dalam keadaan sudah mengerjakan shalat witir’.” (HR. Bukhari)
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى حَتَّى نَقُوْلَ لَا يَدَعُهَا وَيَدَعُهَا حَتَّى نَقُوْلَ لَا يُصَلِّيْهَا
“Diriwayatkan dari Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa ia berkata, ‘Adalah Rasulullah n mengerjakan shalat Dhuha sehingga kami katakan bahwa Beliau tidak pernah meninggalkannya. Namun ternyata Beliau pun pernah meninggalkannya sehingga kami katakan bahwa Beliau tidak pernah mengerjakannya’.” (HR. Tirmidzi dan dinilai hasan olehnya)
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : يَا ابْنَ آدَمَ لَا تُعْجِزْنِيْ مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِيْ أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ .
“Diriwayatkan dari Nu‘aim bin Hammar a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah n bersabda, ‘Allah f berfirman, ‘Wahai anak Adam, janganlah kamu merasa lemah (kehilangan kesempatan) untuk beribadah kepada-Ku dengan cara mengerjakan shalat empat rakaat di awal waktu siangmu, niscaya akan Aku cukupkan untukmu di akhir harimu’.” (HR. Abu Dawud)
Yang dimaksud dengan ‘mencukupkan’ adalah melindunginya dari segala bencana dan kejadian yang merugikan. Bisa juga yang dimaksud adalah menjaganya dari dosa-dosa dan memberikan maaf kepadanya manakala ia sudah telanjur melakukan dosa, atau dengan pengertian yang lebih luas lagi. Ini adalah penjelasan dari Imam Suyuthi dan Imam Syaukani.

Diriwayatkan dari Anas secara marfu‘, “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah f akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.”
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ حَافَظَ عَلَى شُفْعَةِ الضُّحَى غُفِرَ لَهُ ذُنُوْبُهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ .
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwa Rasulullah n bersabda, ‘Barangsiapa memelihara pelaksanaan shalat Dhuha yang genap jumlah rakaatnya, maka diampunilah dosa-dosanya, sekalipun banyaknya laksana buih lautan’.” (HR. Tirmidzi)
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ : يَا ابْنَ آدَمَ اكْفِنِيْ أَوَّلَ النَّهَارِ بِأَرْبَعِ رَكَعَاتٍ أَكْفِكَ بِهِنَّ آخِرَ يَوْمِكَ .

“Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Al-Juhani bahwa Rasulullah n bersabda, ‘Sesungguhnya Allah f berfirman, ‘Wahai anak Adam (manusia), cukupkan untuk-Ku di awal waktu siang (dhuha) dengan mengerjakan shalat empat rakaat, niscaya Aku cukupkan untukmu dengannya pada akhir harimu’.” (Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya‘la)

Mari Tingkatkan Rasa Peduli Kita

Akhir-akhir ini banyak orang yang kurang memiliki rasa peduli, akhirnya mereka hanya mementingkan diri sendiri dan menjadi apatis. Hal ini sangat tidak baik, karena bisa menimbulkan banyak dampak negatif. Misalnya saja mulai rusaknya negara ini. Salah satu penyebab rusaknya negara ini adalah korupsi. Dan korupsi sendiri disebabkan karena para koruptor tidak memiliki rasa peduli pada orang lain sehingga dia tega memakan uang orang lain. Contoh lainnya adalah terjadinya global warming. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya rasa peduli manusia terhadap lingkungan. Manusia yang tidak bertanggung jawab hanya bisa mengambil manfaat dari bumi tapi tidak bisa menjaganya dan tidak mempedulikannya. Itu hanyalah 2 dari banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kurangnya rasa peduli.
                Untuk mencegah tejadinya hal hal seperti diatas, kita harus bisa meningkatkan rasa peduli kita, entah pada sesama ataupun pada lingkungan. Meningkatkan rasa peduli itu tidak sulit, kita hanya harus bisa saling memberi, berbagi, menjaga, mengerti, dan saling menyayangi. Dengan demikian melakukan hal demikian kita mulai bisa menumbuhkan rasa peduli kita. Rasa peduli bisa kita pisa menjadi 2, yaitu peduli pada sesama manusia dan peduli pada lingkungan. Semuanya memberikan hal-hal positif.
Manfaat Peduli pada sesama :
  1. Menumbuhkan sikap positif dalam diri kita.
  2. Kita bisa mengurangi sifat egois kita.
  3. Kita bisa ikut merasakan penderitaan orang lain sehingga kita bisa mengerti keadaan orang lain.
  4. Mengurangi beban dan penderitaan orang lain.
  5. Membuat orang lain menjadi bahagia ( karena kepedulian kita padanya ).
  6. Timbulnya masayarakat yang memiliki tinggat kesosialan tinggi  ( tidak apatis ).
  7. Timbulnya hubungan yang harmonis.

Manfaat Peduli pada lingkungan :
  1. Dengan peduli pada lingkungan berarti kita menjaga lingkungan.
  2. Lingkungan menjadi lebih baik.
  3. Terhindar dari dampak negatif akibat lingkungan kotor.
  4. Kita hidup lebih nyaman karena lingkungan sudah menjadi lebih baik.
  5. Memperbaiki bumi.
                Saya harap setelah kita membaca arikel diatas, kita bisa meningkatkan rasa peduli kita terhadap sesama dan lingkungan. Sehingga kita bisa lebih nyaman menjalani kehidupan

Keutamaan, Manfaat dan, Rahasia SHOLAT DHUHA

Keutamaan, Manfaat, Rahasia Sholat Dhuha : Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.”
[HR. Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah]
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Kekasihku Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur.”

[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darami]
Dari Abud Darda, ia berkata: “Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah
meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir.”
[HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i]
Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]
Dari Abu Said [Al-Khudry], ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau meninggalkannya, kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya”.

[HR. Turmuzi, hadis hasan]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.”
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]
Keutamaan, Manfaat dan, Rahasia SHOLAT DHUHA
Anjuran Shalat Dhuha
Dari Aisyah, ia berkata: “Saya tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat Dhuha, sedangkan saya sendiri mengerjakannya. Sesungguhnya Rasulullah SAW pasti akan meninggalkan sebuah perbuatan meskipun beliau menyukai untuk mengerjakannya. Beliau berbuat seperti itu karena khawatir jikalau orang-orang ikut mengerjakan amalan itu sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah yang hukumnya wajib (fardhu).”
[HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik dan Ad-Darami] ditulis di blog fadlie.web.id
Dalam Syarah An-Nawawi disebutkan:
Aisyah berkata seperti itu karena dia tidak setiap saat bersama Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah memiliki istri sebanyak 9 (sembilan) orang. Jadi Aisyah harus menunggu selama 8 hari sebelum gilirannya tiba. Dalam masa 8 hari itu, tidak selamanya Aisyah mengetahui apa-apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah istri beliau yang lain.
 
Waktu Afdol untuk Shalat Dhuha
Dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha [pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain saat-saat seperti itu adalah lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatnya orang-orang yang kembali kepada ALLAH adalah pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya karena tersengat panasnya matahari”.
[HR. Muslim]
Penjelasan:
Anak-anak onta sudah bangun karena panas matahari itu diqiyaskan dengan pagi hari jam 08:00, adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang sinarnya dapat membangunkan anak onta.
Jadi dari rincian penjelasan diatas dapat disimpulkan waktu yg paling afdol untuk melaksanakan dhuha adalah Antara jam 08:00 ~ 11:00
 
Jumlah Rakaat Shalat Dhuha
>> 4 RAKAAT
Dari Mu’dzah, bahwa ia bertanya kepada Aisyah: “Berapa jumlah rakaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menunaikan shalat Dhuha?”
Aisyah menjawab: “Empat rakaat dan beliau menambah bilangan rakaatnya sebanyak yang beliau suka.”
[HR. Muslim dan Ibnu Majah]
>> 12 RAKAAT
Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]
>> 8 RAKAAT
Dari Ummu Hani binti Abu Thalib, ia berkata: “Saya berjunjung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu (Penaklukan) Makkah. Saya menemukan beliau sedang mandi dengan ditutupi sehelai busana oleh Fathimah putri beliau”.
Ummu Hani berkata: “Maka kemudian aku mengucapkan salam”. Rasulullah pun bersabda: “Siapakah itu?” Saya menjawab: “Ummu Hani binti Abu Thalib”. Rasulullah SAW bersabda: “Selamat datang wahai Ummu Hani”.
Sesudah mandi beliau menunaikan shalat sebanyak 8 (delapan) rakaat dengan berselimut satu potong baju. Sesudah shalat saya (Ummu Hani) berkata: “Wahai Rasulullah, putra ibu Ali bin Abi Thalib menyangka bahwa dia boleh membunuh seorang laki-laki yang telah aku lindungi, yakni fulan Ibnu Hubairah”.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “sesungguhnya kami juga melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu Hani”.
Ummu Hani juga berkata: “Hal itu (Rasulullah shalat) terjadi pada waktu Dhuha.”

[HR. Muslim]
Tata Cara Shalat Dhuha
  1. Berniat untuk melaksanakan shalat sunat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.
  2. Membaca surah Al-Fatihah
  3. Membaca surah Asy-Syamsu (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca Qulya (QS:109) jika tidak hafal surah Asy-Syamsu itu.
  4. Membaca surah Adh-Dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan membaca Qulhu (QS:112) jika tidak hafal surah Adh-Dhuha.
  5. Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.
  6. Menutup shalat Dhuha dengan berdoa. Inipun bukan sesuatu yang wajib, hanya saja berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH.

Manusia sebagai makhluk sosial



Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan hidup, dan sistem kemasyarakatan terbentuk karena interaksi dan benturan kepentingan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sejak zaman prasejarah hingga sejarah, manusia telah disibukkan dengan keterciptaan berbagai aturan dan norma dalam kehidupan berkelompok mereka. Dalam kelindan berbagai keterciptaan itulah ilmu pengetahuan terbukti memainkan peranan signifikan.
Ilmu pengetahuan tidak hanya dapat dipahami dalam arti sebuah hukum atau teori ilmiah sebagai hasil statis kegiatan utamanya. Ilmu pengetahuan harus dipandang juga sebagai sebuah proses, sebuah kegiatan, dan tentu saja sebuah kemampuan yang harus dimiliki oleh para ilmuwan. Mahasiswa yang akan diorientasikan  untuk menjadi sosok ilmuwan yang peka atas permasalahan sosial kemasyarakatan diharapkan mampu larut dalam proses keterciptaan ilmu pengetahuan tersebut.

Kemampuan untuk larut tersebut harus dimulai dengan mengetahui dan memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan melalui kemampuan “membaca” berbagai hasil teori dan kajian ilmu sosial, untuk kemudian mampu melihat relevansi dan aplikasinya dengan fenomena dan problema sosial kontemporer. Pada tataran selanjutnya pemahaman itu akan menggerakkan kemampuan untuk berproses dalam keterciptaan ilmu pengetahuan. Artinya pada simpul akhir mahasiswa tidak menerima begitu saja teori dan hukum ilmiah yang telah ada, melainkan mampu melahirkan teori dan kajian-kajian atas fenomena sosial sebagai karya personal mereka. Mata kuliah ISD menjadi mata kuliah pengantar demi tujuan tersebut.


Manusia adalah makhluk social yang hidup bermasyarakat (zoon politicon). Keutuhan manusia akan tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai makhluk ekonomi dan social. Sebagai makhluk sisoal (homo socialis), manusia tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal tertentu. Misalnya, dalam lingkungan manusia terkecil yaitu keluarga. Dalam keluarga, seorang bayi membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya agae dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan sehat.
Manusia sebagai makhluk sosial dan budaya Sebagai masyarakat Indonesia, setiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya tentunya dalam hal yang positif. Saling bersosialisasi antara satu sama lainnya membuat interaksi yang kuat untuk mengenal kepribadian manusia lain. Manusia yang mudah bersosialisasi adalah manusia yang dapat atau mampu menjalankan komunikasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya. Dengan berlandaskan pancasila manusia sebagai makhluk yang social dan budaya disatukan untuk saling menghormati dan menghargai antara manusia yang memiliki budaya yang berbeda-beda.
Berikut ini adalah pengertian dari pembahasan tersebut.
Manusia sebagai Makhluk Sosial Manusia sejak lahir sampai mati selalu hidup dalam masyarakat, tidak mungkin manusia di luar masyarakat. Aristoteles mengatakan: bahwa makhluk hidup yang tidak hidup dalam masyarakat ialah sebagai seorang malaikat atau seorang hewan.
Di India oleh Mr. Singh didapatkan dua orang anak yang berumur 8 tahun dan 1 ½ tahun. Pada waktu masih bayi anak-anak tersebut diasuh oleh srigala dalam sebuah gua. Setelah ditemukan kemudian naka yang kecil mati, tinggal yang besar. Selanjutnya, walaupun ia sudah dilatih hidup bermasyarakat sifatnya masih seperti srigala, kadang-kadang meraung-raung di tengah malam, suka makan daging mentah, dan sebagainya. Juga di Amerika dalam tahun 1938, seorang anak berumur 5 tahun kedapatan di atas loteng.karena terasing dari lingkungan dia meskipun umur 5 tahun belum juga dapat berjalan dan bercakap-cakap. Jadi jelas bahwa manusia meskipun mempunyai bakat dan kemampuan, namun bakat tersebut tidak dapat berkembang, Itulah sebabnya manusia dikatakan sebagai makhluk sosial (Hartomo, 2000: 77).
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Misalnya saja hubungan sosialisasi antar tetangga , dengan adanya interaksi sosial antar tetangga akan mempermudah kita dalam mengatasi masalah di sekitar yang membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. Jadi itulah mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial.

Dibawah ini merupakan faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat. Faktor-faktor itu adalah:
1. Adanya dorongan seksual, yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunan atau jenisnya.
2. Adanya kenyataan bahwa manusia adalah serba tidak bisa atau sebagai makhluk lemah.karena itu ia selalu mendesak atau menarik kekutan bersama, yang terdapat dalam perserikatan dengan orang lain.
3. Karena terjadinya habit pada tiap-tiap diri manusia. Manusia bermasyarakat karena ia telah biasa mendapat bantuan yang berfaedah yang diterimanya sejak kecil dari lingkungannya.
4. Adanya kesamaan keturunan, kesamaan territorial, nasib, keyakinan/cita-cita, kebudayaan, dan lain-lain.

Faktor-faktor lain yang dapat mengatakan manusia adalah makhluk sosial, yaitu :
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai pelaku dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupannya sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu memelihara lingkungan agar tingkat kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan. Bagaimana manusia mensikapi dan mengelola lingkungannya pada akhirnya akan mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan.
Manusia sebagai makhluk budaya Budaya atau Kebudayaan perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk yang lain (hewan) ialah bahwa manusia adalah makhluk berbudaya, hal ini disebabkan karena manusia diberi anugrah yang sangat berharga oleh Tuhan, yaitu budi atau pikiran.dengan kemampuan budi atau akal itulah manusia dapat menciptakan kebudayaan yang menyebabkan kehidupannya sangat jauh berbeda dengan kehidupan hewan.

Oleh karena, itu manusia sering disebut makhluk social budaya, artinya makhluk yang harus hidup bersama dengan manusia lain dalam satu kesatuan yang disebut dengan masyarakat. Disamping itu, manusia adalah makhluk yang menciptakan kebudayaan dengan berbudaya itulah manusia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya. Manusia tidak dapat dilepas dari kebudayaan, dimana ada manusia disitu ada kebudayaan.kapankah kebudayaan mulai ada dimuka bumi? bersamaan dengan mulai adanya umat manusia dimuka bumi ini.

Hilangnya Rasa Empati Pemimpin Bangsa Ini

Bukan rahasia umum lagi kondisi Bangsa Indonesia saat ini sungguh hancur dan menjadi ironi untuk kita semua sebagai rakyatnya, dimana berbagai hal kelakuan pemimpin bangsa ini yang sudah tidak mempunyai rasa empati lagi untuk dapat peduli kepada rakyatnya. Mereka para pemimpin bangsa yang ada hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri dengan memperkaya dirinya sendiri dengan ber korupsi dan memanipulasi semua hal yang berbau uang dan kekuasaan.

Uang dan kekuasaan seolah menjadi tujuan hidup para pemimpin Indonesia yang suka ber glamour dan hidup mewah dari hasil jerih payah kotor yang di lakukannya dengan memanfaatkan semua kepentingan yang bukan miliknya. Semua kepentingan itu di rampas dari rakyat yang tak berdaya melawan arus kekuasaan yang ada, sungguh rasa empati para pemimpin bangsa ini sudah benar-benar hilang . Mereka tidak pernah memikirkan hak-hak orang lain yang jauh lebih memerlukan dan membutuhkan , semuanya dirampas begitu saja tanpa memperdulikan dari mana uang dan kekuasaan itu bersumber. Pemimpin bangsa ini sudah lupa bahwa mereka dipilih oleh rakyat dan di bayar oleh rakyat pula, lantas apa yang membuat para pemimpin ini lupa daratan dengan semua janji dan omongan manis dulu kala.


Satu kata saja mereka semua sudah kehilangan rasa “EMPATI”, yaitu rasa peduli akan orang lain, lingkungan dan dirinya sendiri. Empati pada para pemimpin ini sudah tergerus dengan kilaunya uang dan kekuasaan yang di emban nya sekarang, menduduki posisi yang tinggi menjadikan mereka merasa bisa melakukan apa pun tanpa ada yang bisa menghentikannya. Kasihan sekali untuk rakyat Indonesia massa kini hampir semua pemimpin nya hilang rasa empati kepada rakyanya, bisa kita lihat fakta di lapangan dengan banyaknya koruptor bergelimangan di semua daerah Indonesia ini. Hanya sedikit saja potret pemimpin Indonesia yang masih dapat anda tiru kelakuannya, tapi dahsyatnya jumlah itu tak seberapa dengan jumlah para koruptor yang ada. Tak tanggung tanggung dari semua lini kehidupan yang ada bisa disusupi virus korupsi ini mulai dari sang pengadil yaitu hakim sampai para penegak hukum dan pegawai negeri terjangkit penyakit hilangnya rasa empati ini. Lengkap sudah derita rakyat ini untuk lepas dan merasakan kehidupan yang sejahtera untuk masa depan anak-anaknya kelak.

Rasa empati disini sungguh dibutuhkan kembali oleh para pemimpin Indonesia saat ini agar mereka bisa bertaubat atas apa yang dilalukannya selama ini, mulai teringat kembali dengan janji penuh semangatnya pada saat berorasi dan berkampanye kepada para pendukungnya. Saat ini rakyat butuh pemimpin yang bisa mengayomi dengan kesejahteraan dan kebahagiaan yang di mimpi-mimpikan dari dahulu bukan malah sebaliknya dengan menindas secara tidak langsung dengan menggerogoti kebahagiaan yang ada melalui jalan kotor “KORUPSI” dan mengambil kekuasaan tanpa memperdulikan siapa dia dan apa kemampuan dia selama ini.

Orang ber korupsi bisa saja hilang dari Indonesia saat ini, tetapi bukan itu yang  semua kita cari tetapi kebiasaan korupsi itulah yang harus di obati sampai akar-akarnya, dimana korupsi itu bisa di obati dengan satu jalan yaitu selalu mengasah rasa empati kita kepada orang lain dengan peduli dan menghargai hak-hak orang lain sehingga kita jadi malu untuk melakukan hal kotor yang mampu mencederai rasa empati yang kita miliki. Rasa empati bisa saja hilang begitu saja dalam diri kita sendiri tanpa terasa oleh kita sekalian, logikanya seperti ini “bagaimana kita bisa mempunyai rasa empati kepada orang lain kalau kita sendiri tidak bisa ber empati untuk diri kita sendiri dan lingkungan sekitar kita semua”. 

Jangan sampai rasa empati itu hilang dengan ke egoisan kita menjadi makhluk sosial di lingkungan kita sendiri, potret ini kita alami di jaman modern ini dimana kita enggan untuk menjadi makhluk sosial dan malu untuk berbeuat baik kepada orang lain di sekitar kita. Makhluk sosial yang dulu tidak sama dengan makhluk sosila masa kini, bedanya hanya pada komunitas dia bernaung saja. Dulu orang bisa ber sosial ria dengan komuintas lain yang tidak dikenalnya, tetapi sekarang kita semua malu untuk bersosial semacam itu. Karena kita merasa komunitas lain selain komunitas yang dimilikinya adalah hal tidak penting dan merasa tidak kenal.

Itu lah potret makhluk sosial Indonesia masa kini yang tidak mau lagi ber empati kepada selain komunitasnya , ini semua terbukti dengan fakta yang ada di Indonesia saat ini. Kita contohkan dengan komunitas anggota DPR RI yang suka berkorupsi disana dan disini tetapi mereka tidak pernah memikirkan komunitas rakyat yang memilihnya. Mereka hanya ber empati kepada rekan kerjanya sendiri jikalau tidak mendapat uang bagi hasil korupsi yang di lakukannya. Lantas mau dibawa kemana kesejahteraan rakyat Indonesia saat ini kalau saja semuanya diambil begitu saja tanpa menghiraukan rakyatnya yang lagi.

Saat ini, besok, lusa bahkan sampai kiamat pun negara ini tidak akan pernah maju kalau pemimpin nya tidak bisa mengayomi rakyatnya dan tidak bisa merasakan rasa empati rakyatnya saat ini. Bangsa ini bisa maju jikalau pemimpinnya bisa ber empati lebih untuk rakyatnya di banding lebih mementingkan ber empati untuk dirinya sendiri dengan uang dan kekuasaan.

Global Warming ? ? ? Kita harus peduli ! ! !

Seperti halnya Pemanasan global saat ini. Semua itu tidak akan pernah terjadi bila manusianya peduli akan lingkungan. Dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, karena semua itu tanggung jawab kita yang menghuni bumi yang penuh hasil alam ini. Padahal pemanasan global itu sangat berpengaruh terhadap masa depan para penerus kita. Coba saja bayangkan, saat ini hanya ada berapa hutan di Indonesia. Dulunya tidak dapat dihitung tapi sekarang begitu mudah untuk menghitungnya. Hewan-Hewan langka yang terlindungi kini hampir musnah karena ulah kita. Padahal kalau dipikir ulang hewan dan tumbuhan itu sangat kita butuhkan.
Kalau sekarang semua itu hampir punah bagaimana dengan generasi penerus kita. Apakah mereka dapat menikmati apa yang kita nikmati selama hidup kita.
Seandainya saja para pemuda yang berjiwa semangat lebih ketimbang yang tua mau peduli akan pentingnya warna hijau di bumi kita yang kaya. Mungkin tidak ada yang namanya kekeringan, kelaparan , busung lapar,dan masih banyak lagi yang lainnya.
Mengerikan sekali  sekarang keadaan bumi kita. Mungkin kalau Ia (bumi) bisa menangis maka ia (bumi)  akan mengadu pada sang pencipta, kenapa ia (bumi)  ditakdirkan untuk diabaikan oleh penghuninya.
Semoga dengan generasi baru yang lebih berakhlaq dan berpendidikan  bumi kita akan tersenyum dan menmunculkan warna merah yang dulu hitam kering.

Menumbuhkan Rasa Peduli

i”Adik bosan ya, diam aja di kereta dorong?” “Hwa…hwa…hwa…,” si adik kecil menjawab dengan tangis. “Kakak dorongin ya, keretanya. Satu…dua…tiga…asyiiiik!” hibur si kakak yang baru duduk di TK.
Adegan yang manis, bukan? Masih kecil tapi kepeduliannya pada saudara begitu besar. Tidak hanya adik, “Aku juga sayang kakak, sayang bunda, sayang ayah, dan sayang mbak,” ujarnya. Kadang-kadang ia juga menyebut nama satu-dua teman akrabnya kalau ditanya sayang siapa saja.

 
Rasa sayang mulai tumbuh ketika usianya masih batita. Lantas, berkembanglah rasa sayang itu menjadi rasa peduli meski belum mantap benar. Sifat baik ini terbangun bersamaan dengan pendidikan emosi, moral, etika, tata krama, serta aturan-aturan dari orangtuanya.
Sederhana saja apa yang dilakukan mereka, yaitu memberi contoh yang baik bagaimana merespons lingkungan secara tepat. Ayahnya selalu bahu-membahu dengan sang ibu dalam merawat dirinya. Kalau si Mbak sakit, ayah dan ibu memberinya hari cuti sambil memberi tahu, bahwa orang sakit perlu istirahat. Ayah dan ibunya juga berbesar hati, tidak ikut marah, jika adik membuatnya sebal. Contoh demi contoh yang direkamnya ini, membuat anak tahu cara berinteraksi dan menempatkan diri. Ia tumbuh dengan kecerdasan intra/interpersonal yang baik.

* PEDULI PADA DIRI SENDIRI
Peduli pada diri sendiri bukan berarti bersikap egois, melainkan anak diajarkan peduli pada kebutuhan dirinya sendiri. Contoh, diajarkannya menjaga kebersihan tubuhnya dengan cara mandi, menyikat gigi, berpakaian, makan tiga kali sehari, dan seterusnya. Ini adalah wujud kepedulian orangtua terhadap anak sehingga ia merasa dipedulikan dan akhirnya ikut peduli pada dirinya sendiri dan orang lain.
Sewaktu-waktu, mungkin saja si anak mengingatkan adik atau kakaknya untuk tak lupa menjaga kebersihan. ”Kok, mau tidur enggak sikat gigi? Nanti giginya cepat rusak, lo.” Kepedulian anak akan terlihat dalam interaksinya dengan orang lain. Dengan peduli pada diri sendiri, anak jadi belajar bertanggung jawab pada diri sendiri.

* PEDULI PADA KAKAK/ADIK
Untuk menanamkan rasa peduli anak pada kakak atau adik, ada beberapa hal yang harus orangtua ajarkan, yaitu:
*   Mengekspresikan rasa kasih sayang.
Mintalah anak untuk mencium adik dalam gendongan, mencium ayah dan ibu sebelum berangkat sekolah atau sebelum tidur, dan memeluk kakak yang hendak berangkat sekolah, memintanya kakak untuk menemani sang adik bermain, memberi tahu ayah atau ibu jika adik menangis, tidak merepotkan ayah dan ibu jika kakak atau adik sedang sakit, dan sebagainya.
*  Selalu berbagi.
Ingatkan pula pada si prasekolah untuk selalu berbagi. Kalau punya makanan dan adik atau kakaknya minta sedikit, minta si prasekolah untuk membaginya. Mainan pun begitu, minta dia bergiliran memainkannya dengan sang adik atau kakak.
*  Biasakan berkata dan bersikap yang baik.
Gunakan selalu kata-kata “sakti”, maaf, tolong, dan terima kasih. Sebelum si kecil dapat menggunakannya dengan tepat, orangtualah yang harus lebih dulu mencotohkan dalam keseharian. Kata-kata tersebut merupakan salah satu bentuk ekspresi saling menghargai dan menghormati. Kepedulian anak pada adik maupun kakak, membuatnya belajar bagaimana bersikap menyayangi, menghargai, dan menghormati orang lain. Tentu saja, anak pun belajar membangun rasa empati. Pasti kebahagiaan akan meliputi dirinya, sebab sikap baik terhadap adik/kakak membuahkan respons yang menyenangkan dari mereka. Demikian pula sebaliknya.

* PEDULI PADA ORANGTUA
Sikap anak pada orangtua boleh jadi merupakan pantulan sikap orang tua terhadap anak. Semakin peduli sikap kita, maka anak pun tumbuh dengan kepedulian yang dicurahkan kembali kepada ayah-ibunya. Mulailah dengan ekspresi sayang berupa pelukan, elusan, perkataan yang lemah lembut, perhatian yang tulus, dan kesediaan untuk selalu membantu anak menjadi mandiri. Ada yang bilang, peluklah anakmu 8 kali sehari. Nasihat ini mungkin terdengar lucu, tapi maknanya sangatlah dalam. Siapa yang tidak terharu kalau si kecil tahu-tahu bertanya, ”Bunda, sakit ya? Kok diam aja?” Atau pakaian santai sang ayah di hari kerja dikomentari, ”Ayah enggak kerja ya hari ini?” Anak yang peduli pada orangtua akan menunjukkan sikap menghargai, menghormati dan menyayangi ayah-ibu, serta memiliki pribadi yang hangat karena ia merasa selalu diterima dalam keluarga. Selain itu, anak pun akan membangun kedekatan dan komunikasi yang lebih baik dengan orangtuanya di masa depan.

* PEDULI PADA TEMAN
Bentuk kepedulian terhadap saudara sebagian dapat diterapkan untuk mengajarkan kepedulian terhadap teman. Yang terpenting mengingat masih kentalnya sifat egosentris di usia prasekolah adalah kesediaan untuk berbagi, bergantian, dan menunggu giliran. Kepedulian juga meliputi tata krama dalam meminjam dan mengembalikan barang yang dipinjam. Termasuk pula bagaimana menjaga perasaan teman dengan cara bertutur kata sopan, tidak membentak, tidak mengejek, dan tidak memukul. Pengertian dapat diberikan dengan mencontohkan, bagaimana kalau dirinya yang dikasari. Biar anak yang menilai sendiri. Kepedulian terhadap teman semakin subur jika orangtua juga menunjukkan hal yang sama. Tanyakan apa yang disukai teman baiknya agar anak ikut peduli. Pancinglah si prasekolah untuk bercerita bagaimana tingkah laku temanteman di sekolahnya, hal ini juga menunjukkan kepedulian. Sisipkan nilai-nilai kebaikan dengan meminta pendapatnya. Contoh, “Bagaimana kalau ada temanmu di kelas yang menangis terus, apakah ibu guru capek?” Meski apa yang orangtua jelaskan belum tentu 100% dijalankan oleh anak, manfaatnya akan selalu ada. Anak yang diajarkan peduli terhadap teman akan belajar bagaimana bersikap yang baik dalam berteman, menyayangi teman, serta menghargai adanya hak-hak orang lain.

* PEDULI PADA SESAMA
Sikap peduli yang terbentuk di lingkungan rumah, memudahkan anak untuk menaruh peduli pada lingkungan sosial yang lebih luas. Namun, anak tetap perlu contoh bahwa kedua orangtuanya peduli pada orang lain, bahkan orang yang tidak mereka kenal. Contoh kecilnya, menyisihkan uang ke kotak amal, atau menerima/menolak dengan sopan para peminta sedekah yang mampir ke rumah. Libatkan anak dengan mengajaknya mengumpulkan pakaian bekas guna disumbangkan kepada anak pembantu di rumah, korban bencana, atau panti asuhan. Jelaskan betapa senangnya jika baju-baju bekas itu diterima orang yang membutuhkan. Anak yang punya rasa peduli pada sesama akan menunjukkan pribadi yang hangat, murah hati, mudah berempati, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi pada lingkungan sekitarnya.